BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sistem Informasi
adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan
pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan
menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
Suatu sistem informasi yang baik tidak terlepas dari teknik dan langkah dalam
membangunnya agar mampu memberikan kepuasan optimal kepada para penggunanya. Banyak
teknik dan cara yang digunakan untuk membuat suatu sistem informasi. Untuk
memahami dan mengetahui teknik dan langkah-langkah dalam membangun sebuah
sistem informasi, diperlukan penjelesan lebih lanjut terhadap hal tersebut.
Siklus Hidup
Informasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk membangun sebuah sistem
informasi dari tahap awal sampai pada akhirnya pada tahap penyelesaian serta
pengaplikasiannya pada kehidupan nyata. Beberapa diantaranya dikenal dengan
istilah Rapid Application Development, join application development, dan sistem
development life cycle. Hal tersebut akan dipahami lebih lanjut pada paparan
materi dibawah sehingga mampu memberikan pengetahuan bagi para pembaca dan
memberikan sedikit gambaran dalam hal teknik atau langkah pembangunan sebuah
sistem.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari paparan
latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, antara lain:
1.2.1 Apakah
pengertian dari Rapid Application Development, join application development,
dan sistem development life cycle?
1.2.2 Apakah
persamaan dari Rapid Application Development, join application development, dan
sistem development life cycle?
1.2.3 Apakah
persamaan Rapid Application Development, join application development, dan
sistem development life cycle?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan
dari penulisan makalh ini antara lain:
1.3.1 Untuk
mengetahui pengertian dari Rapid Application Development, join application
development, dan sistem development life cycle?
1.3.2 Untuk
mengetahui persamaan dari Rapid Application Development, join application
development, dan sistem development life cycle?
1.3.3 Untuk
mengetahui persamaan Rapid Application Development, join application
development, dan sistem development life cycle?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Rapid Application
Development, Join Application Development, dan System Development Life Cycle
2.1.1
Pengertian
Rapid Application Development
Rapid application development (RAD) atau rapid
prototyping adalah model proses pembangunan perangkat lunak yang tergolong
dalam teknik incremental (bertingkat). RAD menekankan pada siklus pembangunan
pendek, singkat, dan cepat. Waktu yang singkat adalah batasan yang penting
untuk model ini. Rapid application development menggunakan metode iteratif
(berulang) dalam mengembangkan sistem dimana working model (modeln kerja)
sistem dikonstruksikan di awal tahap pengembangan dengan tujuan menetapkan kebutuhan
(requirement) pengguna. Model kerja digunakan hanya sesekali saja sebagai basis
desain dan implementasi sistem akhir. Rapid Application Development (RAD)
adalah metodologi pengembangan perangkat lunak yang berfokus pada membangun
aplikasi dalam waktu yang sangat singkat. Istilah ininmenjadi kata kunci pemasaran
yang umum menjelaskan aplikasi yang dapat dirancang dan dikembangkan dalam
waktu 6090 hari, tapi itu awalnya ditujukan untuk menggambarkan suatu proses
pembangunan yang melibatkan application prototyping dan iterativen development.
Menurut James Martin “Rapid Application
Development (RAD) merupakan pengembangan siklus yang dirancang untuk memberikan
pengembangan yang jauh lebihcepat dan hasil yang lebih berkualitas tinggi daripada yang dicapai dengan siklus
hidup tradisional. Hal ini dirancang untuk mengambil keuntungan maksimum dari
pengembangan perangkat lunak yang telah berevolusi barubaru ini." 1 Profesor
Clifford Kettemborough dari College Whitehead, University of Redlands, mendefinisikan
Rapid Application Development sebagai "pendekatan untuk membangun sistem
komputer yang menggabungkan ComputerAssisted Software Engineering (CASE) tools
dan teknik, userdriven prototyping,. RAD meningkatkan kualitas sistem secara
drastis dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk membangun sistem." Sebagai
gambaran umum, pengembangan aplikasi berarti mengembangkan aplikasi pemrograman
yang bervariasi dari pemrograman umum dalam arti bahwa ia memiliki tingkat yang
lebih tinggi dari liabillity, termasuk untuk kebutuhan capturing dan testing.
Pada 1970an, Rapid Application Development muncul sebagai respon untuk nonagile
processes, seperti model Waterfall. Pengembang perangkat lunak menghadapi
masalah waktu dengan metodologi sebelumnya sebagai sebuah aplikasi yang begitu
lama untuk membangun. Dengan demikian, metodologi tersebut sering mengakibatkan
sistem tidak dapat digunakan.
UNSUR-UNSUR RAPID APPLICATION
DEVELOPMENT
RAD memiliki banyak unsurunsur yang
membuat sebuah metodologi yang unik termasuk prototyping, iterative
development, time boxing, team members, management approach, dan RAD tools.
a. Prototyping
Sebuah aspek kunci dari RAD adalah
pembangunan prototipe untuk tujuan membangkitkan kembali desain untuk kebutuhan
pengguna. Tujuannya adalah untuk membangun sebuah fitur ringan yang hasil
akhirnya dalam jumlah pendek dengan waktu yang memugkinkan. Prototipe awal
berfungsi sebagai bukti konsep untuk klien, tetapi lebih penting berfungsi
sebagai titik berbicara dan alat untuk kebutuhan pemurnian. Mengembangkan
prototipe cepat dicapai dengan Computer Aided Engineering CASE tools Software
yang berfokus pada menangkap persyaratan, mengkonversi mereka ke model data,
mengubah model data ke database, dan menghasilkan kode semua dalam satu alat.
CASE tools populer di 80an dan awal 90an, tetapi sebagai teknologi telah
berubah (dan COBOL telah menjadi usang) beberapa alat mengambil keuntungan
penuh dari potensi penuh dari teknologi KASUS alat. Perusahaan rasional adalah
yang paling terkenal meskipun prototipe potensi pembangkitnya terbatas. Pada
Otomatis Arsitektur produk cetak biru kami berfokus pada peningkatan tingkat
aplikasi enterprise web yang berfungsi sebagai prototipe karena kecepatan yang
mereka dapat diciptakan (dalam menit).
b. Iterative Development
Iterative Development berarti
menciptakan versi yang lebih fungsional dari sebuah sistem dalam siklus
pembangunan pendek. Setiap versi ditinjau dengan klien untuk
menghasilkan persyaratan untuk membuat
versi berikutnya. Proses ini diulang sampai semua fungsionalitas telah
dikembangkan. Panjang ideal iterasi adalah antara satu hari (yang lebih dekat
dengan Metodologi Agile) dan tiga minggu. Setiap siklus pengembangan memberikan
pengguna kesempatan untuk memberikan umpan balik, memperbaiki persyaratan, dan
kemajuan melihat (dalam pertemuan sesi fokus grup). Hal ini akhirnya
pembangunan berulang yang memecahkan masalah yang melekat dalam metodologi
fleksibel dibuat pada 1970an.
c. Time boxing
Time boxing adalah proses menunda fitur
untuk versi aplikasi di masa mendatang untuk melengkapi versi saat ini sebagai ketepatan
waktu.Ketepatan waktu merupakan aspek penting dari RAD, karena tanpa itu ruang
lingkup dapat mengancam untuk memperpanjang iterasi pembangunan, sehingga
membatasi umpan balik dari klien, meminimalkan manfaat dari pembangunan
berulang, dan berpotensi mengembalikan proses kembali ke pendekatan metodologi
air terjun.
d. Team Member
Metodologi RAD merekomendasikan
penggunaan tim kecil yang terdiri dari anggota
yang berpengalaman, serbaguna, dan
motivasi yang mampu melakukan peran ganda. Sebagai klien memainkan peran
penting dalam proses pembangunan, sumber daya klien khusus harus tersedia
selama awal Joint Application Development (JAD) sesi serta Focus Group Sessions
dilakukan pada akhir siklus pengembangan.
Pengembangan tim (juga dikenal sebagai
SWAT atau Skilled Workers with Advance Tools) idealnya harus memiliki
pengalaman di Rapid Application Development dan harus memiliki pengalaman
dengan Computer Aided Software Engineering. Pendekatan manajemen Aktif dan
manajemen yang terlibat sangat penting untuk mengurangi risiko siklus
pengembangan diperpanjang, kesalahpahaman klien, dan melebihi tenggat waktu. Di
atas manajemen semua harus kuat dan konsisten dalam keinginan mereka untuk
menggunakan metodologi Rapid Application Development. Selain menegakkan waktu
yang ketat, manajemen harus fokus pada pemilihan anggota tim, motivasi tim, dan
pada kliring hambatan birokrasi atau politik.
e. RAD Tools
Salah satu tujuan utama dari metodologi
Rapid Application Development yang dikembangkan oleh James Martin pada tahun
1980an adalah untuk memanfaatkan
teknologi terbaru yang tersedia untuk
mempercepat pembangunan. Jelas teknologi tahun 1980 sudah kuno, tetapi fokus
RAD tentang alat terbaru adalah sama pentingnya hari ini seperti ketika
metodologi awalnya diciptakan.
2.1.2
Pengertian
Join Application Development
Teknik Joint Application
Development (JAD) merupakan tahapan atau langkah-langkah dan merupakan salah
satu prinsip bagaimana agar pengembangan sistem informasi sukses. Sedangkan
teknik merupakan pendekatan atau penerapan bagaimana menggunakan alat dan
peraturan-peraturan yang melengkapi satu atau lebih tahap-tahapan (metode).
Teknik Join Application Development
(membangun sistem secara bersama-sama antara pengembang dengan pemakai sistem
informasi) merupakan:
·
Penerapan
JAD jika pengembang dan user bekerja bersama dalam satu tim akan sangat
mendukung penerapan prototyping.
·
Penentuan
keperluan oleh sekumpulan pemegang saham.
·
Melibatkan
kerjasama tim projek, pengguna dan pengurusan.
·
Dapat
mengurangkan scope creep hingga
50%.
·
Teknik yang
sangat berguna.
Metode JAD merupakan suatu kerjasama yang terstruktur antara
pemakai sistem informasi, manajer dan ahli sistem informasi untuk menentukan
dan menjabarkan permintaan pemakai, teknik yang dibuthkan dan unsur rancangan
eksternal. Tujuan JAD adalah memberi kesempatan kepada user dan manajemen untuk
berpartisipasi secara luas dalam siklus pengembangan sistem informasi.
Ada beberapa alasan pentingnya keterlibatan user dalam perancangan
dan pengembangan sistem informasi menurut Laela Dmodaran (1983) yaitu :
1.
Kebutuahan
user. user adalah orang dalam perusahaan. Analisi sistem atau ahli sistem
adalah orang diluar perusahaan. Sistem informasi dikembangkan bukan untuk
pembuat sistem tapi untuk user agar sistem bisa diterapkan, sistem tersebut
harus bisa menyerap kebutuhan user dan yang mengetahui kebutuhan user adalah
user sendiri, sehingga keterlibatannya dalam pengembangan sistem informasi akan
meningkatkan tingkat keberhasilan pengembangan sistem informasi.
2.
Pengetahuan
akan kondisi lokal. Pemahaman terhadap lingkungan dimana sistem informasi akan
dioterapkan perlu dimiliki oleh perancang sistem informasi, dan untuk
memperoleh pengetahuan tersebut perancang sistem meminta bantuan user yang
menguasai kondisi lingkungan tempatnya bekerja.
3.
Keengganan
untuk berubah. Seringkali user merasa bahwa sistem informasi yang disusun tidak
dapat dipergunakn dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengurangi
keengganan untuk berubah tersebut dapat dikurangi bila user terlibat dalam
proses perancangan dan pengembangan sistem informasi.
4.
User merasa
terancam. Banyak user menyadari bahwa penerpan sistem informasi komputer dalam
organisasi mungkin saja mengancam pekerjaannya, atau menjadikan kemampuan yang
dimilikinya tidak relevan dengan kebutuhan organisasi. Keterlibatn user dalam
proses perancangan sistem informasi merupakan salah satu cara menghindari
kondisi yang tidak diharapkan dari dampak penerapan sistem informasi dengan
komputer.
5.
Meningkatkan
alam demokrasi. User terlibat secara langsung dalam mengambil keputusan yang
berdampak terhadap mereka.
Peserta JAD
v Fasilitator
Ø Dilatih dengan teknik-teknik JAD
Ø Menentukan agenda dan membantu mengumpulkan proses-proses
v Scribe(s) atau Catat
Ø Merekam atau mencatat kandungan atau inti pada sesi JAD
v Pengguna dan pengurus yang berpengetahuan tinggi dari unit bisnis
Sesi JAD
v Komitmen masa– ½ hari hingga beberapa minggu
v Pengurusan bersama-sama diperlukan untuk pelepasan tugas
v Perancangan teliti diperlukan
v Agenda formal dan peraturan asas
v Struktur atas-bawah paling efektif
v Aktiviti fasilitator
Ø Perjalanan sesi yang licin
Ø Bantuan untuk istilah teknikal
Ø Catat atau rekam kumpulan input
Ø Neutral, tetapi bantu selesaikan isu
v e-JAD boleh membantu mengurangkan kumpulan masalah biasa
v Laporan susulan selepas-sesi
Teknik JAD merupakan teknik yang melengkapi teknik analisis dan
perancangan sistem dengan menekankan pengembangan partisipatif diantara system
owners, users, designers, and builders. Selama sesi JAD untuk perancangan
sistem, system designer akan mengambil peran sebagai facilitator untuk
beberapa workshop yang ditujukan untuk menyelesaikan problem problem
perancangan.
Memperkecil Masalah dalam sesi JAD
·
Kurangkan
dominasi
·
Galakkan
penglibatan menyeluruh
·
Agenda merry-go-round
·
Konflik
tidak selesai
·
Hindari ketegangan
JAD (Joint
Application Development/Design) merupakan salah satu teknik manajemen dalam
mengimplementasikan sebuah sistem informasi (SI) dalam konteks proyek. Porsi
terbesar dan terumit dari proses implementasi SI adalah justru pada proses
transisinya, karena terkait banyak aspek tidak hanya di sisi teknologi tapi
harus memahami sisi sosial, manajerial dan SDM.
Implementasi SI
Masalah terbesar dari implementasi SI adalah
untuk mengetahui kebutuhan dari user, apalagi dengan karakter proyek :
·
Sistem yang
melibatkan multi-organisasi/divisi (penggunanya dari beberapa role dan
divisi)
·
Bisnis
proses yang kompleks
·
Kebutuhan
yang sangat spesifik dan customized.
Dengan karakter proyek yang semacam ini,
tidak cukup bagi seorang system analyst (SA) menentukan kebutuhan hanya
dengan teknik wawancara, observasi ataupun kuesioner. Banyak kasus ditemui,
bahwa pada akhirnya apa yang kita dapatkan dari proses analisa kebutuhan di
awal proyek, tidak match dengan kebutuhan sesungguhnya dari pengguna sistem,
sehingga sistem akhirnya tidak dapat digunakan dengan baik.
Masalah lain adalah di sisi waktu.
Teknik-teknik seperti itu seringkali sangat time consuming, sangat
membutuhkan waktu yang lama. Sering juga tim developer dihadapkan
situasi bahwa tidak semua stakeholder proyek memiliki kepedulian yang
sama dengan yang lain. Seorang manajer tidak mengetahui kebutuhan detail dari
staf-staf operasional, sementara itu staf operasional mungkin juga tidak
memahami sepenuhnya spirit, goal dari SI.
JAD merupakan sebuah teknik yang
berfokus pada keterlibatan dan komitmen pengguna dalam menentukan kebutuhan dan
merancang (desain) aplikasi. JAD biasanya dilakukan dalam bentuk tim yang
merupakan gabungan dari seluruh stakeholder proyek, yang bekerja dalam bentuk workshop-workshop
atau forum diskusi.
Penggunaan workshop dikarenakan teknik
JAD ini bukanlah sekedar rapat-rapat yang biasa dilakukan dalam sebuah proyek
dan melibatkan seluruh stakeholder proyek. JAD adalah tim yang nantinya akan
membuat rancangan dan mengawasi, memonitor bersama jalannya proyek.
Secara garis besar yang perlu terlibat
adalah :
1.
Sponsor. Sponsor ini berarti project owner, memiliki kedudukan yang
cukup tinggi dalam organisasi dan sebagai pengambil keputusan tertinggi dalam
pengelolaan sistem informasi. Satu hal yang penting dilakukan oleh seorang project
owner adalah komitmen yang kuat akan implementasi SI yang dilakukan. Without
the executive sponsor's commitment, people do not show up for workshops on time
or sometimes at all. Schedules change and projects are delayed. In short,
without an executive sponsor, there is no project!
2.
Business
Users. Business User ini
terdiri dari 2 jenis, yaitu real end user dan representative end user.
Real end user adalah person yang melakukan pekerjaan real di lapangan.
Dalam kasus, ini adalah operator-operator. Sedangkan representative end user
adalah person yang mengetahui seharusnya bisnis proses itu dilakukan, memahami
spirit dan goal dari sistem yang dikelolanya. Biasanya ini adalah kepala
bagian, manajer, atau operator senior.
3.
System
Analyst (Tim Developer).
Person/tim ini yang akan in-charge dari sisi teknologi dan proses engineeringnya.
4.
System
Experts. Tidak semua referensi
mencantumkan peran ini. Perannya lebih seperti konsultan yang memahami seluk
beluk bisnis proses dari sisi konseptual dan berbasis pengalaman.
5.
Facilitator. Seorang fasilitator berfungsi sebagai moderator dan mengarahkan
setiap aktivitas JAD yang melibatkan banyak pihak, untuk menjadi efektif.
Seorang fasilitator harus memiliki kecakapan yang baik dalam berkomunikasi,
memberikan stimulus-stimulus dan trik-trik agar diskusi bisa berjalan dengan
baik.
Tentu
saja, setelah penyusunan tim JAD, diperlukan strategi yang tepat dalam
melakukan workshop-workshop, sehingga proses dilakukan lebih efektif. Yang
jelas, teknik ini sudah terbuktif efektif dalam menyelesaikan masalah-masalah
implementasi SI.
Contoh JAD
Misalnya mengelola dan
mengupdate content web dan SIG penataan ruang PU agar tetap operasional dan mengembangkan
portal penataan ruang melalui pembuatan aplikasi pelengkap untuk menjadi portal
yang mempunyai fungsi utama mengkomunikasikan data spasial kepada stakeholder
penataan ruang.
Dalam pelaksanaan
pengembangan sistem ini, akan dilakukan secara Joint Application Development
(JAD), konsultan akan bekerjasama dengan tim pengelola portal Penataan
Ruang, sehingga ahli teknologi kepada Ditjen Penataan Ruang Departemen PU dapat
dilakukan secara lancar. Adapun urutan-urutan kegiatan JAD yang ditawarkan
adalah sebagai berikut:
1. Proyek diawali
2. Analisis Sistem
3. Perancangan Sistem
4. Review
5. Pengembangan Sistem
6. Pengujian Sistem (IT
Test & User Acceptance Test)
7. Pelatihan
8. Implemenatsi Sistem
9. Proyek Selesai
2.1.3
Pengertian
System Development Life Cycle
System Development Life
Cycle (SDLC) yang merupakan metodologi tertua
dan terbanyak digunakan dalam pengembangan perangkat lunak salah satu model
yang dipakai adalah Model Waterfall.
System Development Life Cycle
Tahapan
aktifitas yang dilakukan dalam pengembangan ini merupakan modifikasi dari model
SDLC diatas. Meliputi antara lain :
a. Tahapan
Identifikasi Masalah
b. Tahapan
Studi Kelayakan
c. Tahapan
Analisis Sistem
d. Tahapan
Perancangan Sistem
e. Tahapan
Pengembangan/Implementasi
f. Tahapan
penggunaan dan perawatan
Gambar
diatas menunjukkan tahapan-tahapan aktifitas yang dilakukan dalam pengembangan
perangkat lunak ini. Tahap terakhir dari desain pengembangan adalah tahapan
ujicoba perangkat lunak yang dilakukan hanya sampai pada tahap pengunaan dan
perawatan.
a. Tahapan
Identifikasi Masalah
Mendefinisikan masalah-masalah yang
ditemukan, yang melatar belakangi pembangunan sistem.
b. Tahapan
Studi Kelayakan
Merupakan
tahapan untuk menentukan ruang lingkup dan batasan-batasan pengembangan
prototipe yang akan dilakukan sesuai dengan alternatif-alternati solusi yang
telah ditemukan.
c. Tahapan
Analisis Sistem
Melakukan analisis lebih lanjut
terhadap masalah yang dikaji serta mendefinisikan batasan-batasan terhadap
masalah tersebut. Kemudian menemukan solusi untuk mengatasi masalah
tersebut. Analisis tentang kebutuhan
perangkat lunak juga sangat diperlukan untuk membangun suatu perangkat lunak.
1. Kebutuhan
Perangkat Lunak
2. Tujuan
Pengembangan Perangkat Lunak
3. Model
fungsional Perangkat Lunak
4. Perancangan
Perangkat Lunak
d. Tahapan
Perancangan Sistem
Melakukan perancangan global
terhadap perangkat lunak yang akan dibangun. Perancangan meliputi perancangan
arsitektur, fungsional serta antar muka.
e. Tahapan
Pengembangan/Implementasi
Mengimplementasikan rancangan
perangkat lunak yang telah dibuat. Menggunakan bahasa Pemrograman yang sesuai
pada tahap analisis sebelumnya.
f. Tahapan
Penggunaan dan perawatan :
a. Menggunakan
sistem.
b. Audit
sistem.
c. Memelihara
sistem, dilakukan untuk 3 alasan :
v
Memperbaiki kesalahan.
v
Menjaga kemutakhiran
sistem.
v
Meningkatkan kinerja sistem.
2.2
Persamaan
Dari Rapid Application Development, Join Application Development, dan System
Development Life Cycle
Setiap
model yang dikembangkan mempunyai karakteristik sendirisendiri. Namun secara
umum ada persamaan dari model-model ini, yaitu:
·
Kebutuhan terhadap definisi
masalah yang jelas. Input utama dari setiap model pengembangan perangkat lunak
adalah pendefinisian masalah yang jelas. Semakin jelas akan semakin baik karena
akan memudahkan dalam penyelesaian masalah. Oleh karena itu pemahaman masalah
seperti dijelaskan pada, merupakan bagian penting dari modelpengembangan
perangkat lunak.
·
Tahapan-tahapan pengembangan yang
teratur. Meskipun model-model pengembangan perangkat lunak memiliki pola yang
berbeda-beda, biasanya model-model tersebut mengikuti pola umum analysis –
design – coding – testing – maintenance.
·
Stakeholder berperan sangat
penting dalam keseluruhan tahapan pengembangan. Stakeholder dalam rekayasa
perangkat lunak dapat berupa pengguna, pemilik, pengembang, pemrogram dan
orang-orang yang terlibat dalam rekayasa perangkat lunak tersebut.
·
Dokumentasi merupakan bagian
penting dari pengembangan perangkat lunak. Masing-masing tahapan dalam model
biasanya menghasilkan sejumlah tulisan, diagram, gambar atau bentuk-bentuk lain
yang harus didokumentasi dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perangkat
lunak yang dihasilkan.
·
Keluaran dari proses pengembangan
perangkat lunak harus bernilai ekonomis. Nilai dari sebuah perangkat lunak
sebenarnya agak susah dirupiah- kan. Namun efek dari penggunaan perangkat lunak
yang telah dikembangkan haruslah memberi nilai tambah bagi organisasi. Hal ini
dapat berupa penurunan biaya operasi, efisiensi penggunaan sumberdaya,
peningkatan keuntungan organisasi, peningkatan “image” organisasi dan lain-lain.
2.3
Perbedaan
Dari Rapid Application Development, Join Application Development, dan System
Development Life Cycle
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam
pembangunan sebuah sistem informasi diperlukan metode metode sebagai acuannya
antara lain: 1. Rapid application development (RAD) atau rapid prototyping
adalah model proses pembangunan perangkat lunak yang tergolong dalam teknik
incremental (bertingkat). 2. Joint Application
Development (JAD) merupakan tahapan atau langkah-langkah dan merupakan salah
satu prinsip bagaimana agar pengembangan sistem informasi sukses. 3. System Development Life Cycle (SDLC)
yang merupakan metodologi tertua dan terbanyak digunakan dalam pengembangan
perangkat lunak.
Persamaan ketiga
metode tersebut antara lain:
1. Kebutuhan
terhadap definisi masalah yang jelas.
2. Tahapan-tahapan
pengembangan yang teratur.
3. Stakeholder
berperan sangat penting dalam keseluruhan tahapan pengembangan.
4. Dokumentasi
merupakan bagian penting dari pengembangan perangkat lunak.
5. Keluaran
dari proses pengembangan perangkat lunak harus bernilai ekonomis.
Sedangkan perbedaanya antara lain:
3.2. Saran
Metode
diatas masih belum lengkap, baik dalam penyampaian materi maupun kelengkapan
metode-metode yang lain. Masih banyak metode yang masih bisa dijelaskna
sehingga semakin memperkaya pengetahuan tentang teknik dan langkah membangun
sebuah sistem informasi yang baik.
Untuk lebih jelasnya silahkan di Download --->> LINK DOWNLOAD DISINI !